Seri tulisan berikut adalah rangkuman kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah As-Sakandari yang saya rangkum dari berbagai sumber. Sumber utama yang saya gunakan untuk membaca Al-Hikam berasal dari terjemah syarah Al-Hikam dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi (Mizan, 2020), Syekh Abdullah asy-Syarqawi (Wali Pustaka, 2016) dan Zamzam A.J Tanuwijaya (qudusiyah.org). Semoga Allah merahmati Ibnu Athat’illah, para tuan guru yang telah memudahkan saya untuk membaca dan memahami lebih jauh tentang kitab Al-Hikam ini, serta memaafkan kekurangan ataupun kekhilafan saya saat mencoba memahami kitab ini.
إِرَ ادَ تُــكَ الـتَّجْرِ يْدَ مَـعَ إِقَامَـةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّـهْـوَ ةِ الْخَفِـيـَّةِ.
وَ إِرَادَ تُـكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ الـتَّجْرِ يْدِ اِنحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَـلِـيـَّةِ
“Keinginanmu untuk tajrid (lepas dari urusan usaha lahiriyah), sementara Allah masih menegakkan engkau di dalam asbab (kondisi yang mengharuskanmu melakukan usaha lahiriah), merupakan syahwah yang tersamar (halus). Dan keinginanmu kepada asbab, pada saat Allah sudah menegakkan engkau dalam tajrid, merupakan suatu kejatuhan dari himmah yang tinggi.”[1][2]
Your desire for isolation, even though God has put you in the world to gain a living, is a hidden passion. And your desire to gain in living in the world, even though God has put you in a comedown from lofty aspiration.[3]
Continue reading “Membaca Kitab Al-Hikam – Hikmah Kedua : Syahwat dan Himmah”