Membaca Kitab Al-Hikam – Hikmah Ketiga : Himmah dan Qadar

Seri tulisan berikut adalah rangkuman kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah As-Sakandari yang saya rangkum dari berbagai sumber. Sumber utama yang saya gunakan untuk membaca Al-Hikam berasal dari terjemah syarah Al-Hikam dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi (Mizan, 2020), Syekh Abdullah asy-Syarqawi (Wali Pustaka, 2016) dan Zamzam A.J Tanuwijaya (qudusiyah.org). Semoga Allah merahmati Ibnu Athat’illah, para tuan guru yang telah memudahkan saya untuk membaca dan memahami lebih jauh tentang kitab Al-Hikam ini, serta memaafkan kekurangan ataupun kekhilafan saya saat mencoba memahami kitab ini.

 

سَـوَ ابِـقُ الْهِمَمِ لاَ تَخـْرِقُ أَسْوَارَ اْلأَقْدَارِ

“Kekuatan himmah-himmah tidak akan mampu mengoyak tirai qadar-qadar.”[1]

“Tekad yang kuat takkan mampu menembus dinding takdir”[2]

“Antecedent intentions (sawabiq al-himam) cannot pierce the walls of predestined Decrees.”[3]

Continue reading “Membaca Kitab Al-Hikam – Hikmah Ketiga : Himmah dan Qadar”

Membaca Kitab Al-Hikam – Hikmah Kedua : Syahwat dan Himmah

Seri tulisan berikut adalah rangkuman kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah As-Sakandari yang saya rangkum dari berbagai sumber. Sumber utama yang saya gunakan untuk membaca Al-Hikam berasal dari terjemah syarah Al-Hikam dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi (Mizan, 2020), Syekh Abdullah asy-Syarqawi (Wali Pustaka, 2016) dan Zamzam A.J Tanuwijaya (qudusiyah.org). Semoga Allah merahmati Ibnu Athat’illah, para tuan guru yang telah memudahkan saya untuk membaca dan memahami lebih jauh tentang kitab Al-Hikam ini, serta memaafkan kekurangan ataupun kekhilafan saya saat mencoba memahami kitab ini.

إِرَ ادَ تُــكَ الـتَّجْرِ يْدَ مَـعَ إِقَامَـةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّـهْـوَ ةِ الْخَفِـيـَّةِ.

وَ إِرَادَ تُـكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ الـتَّجْرِ يْدِ اِنحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَـلِـيـَّةِ

“Keinginanmu untuk tajrid (lepas dari urusan usaha lahiriyah), sementara Allah masih menegakkan engkau di dalam asbab (kondisi yang mengharuskanmu melakukan usaha lahiriah), merupakan syahwah yang tersamar (halus). Dan keinginanmu kepada asbab, pada saat Allah sudah menegakkan engkau dalam tajrid, merupakan suatu kejatuhan dari himmah yang tinggi.”[1][2]

 Your desire for isolation, even though God has put you in the world to gain a living, is a hidden passion. And your desire to gain in living in the world, even though God has put you in a comedown from lofty aspiration.[3]

Continue reading “Membaca Kitab Al-Hikam – Hikmah Kedua : Syahwat dan Himmah”

Membaca Al-Hikam – Hikmah Pertama : Bersandarlah pada Allah, Jangan pada Amal Perbuatan

Seri tulisan berikut adalah rangkuman kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah As-Sakandari yang saya rangkum dari berbagai sumber. Sumber utama yang saya gunakan untuk membaca Al-Hikam berasal dari terjemah syarah Al-Hikam dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi (Mizan, 2020), Syekh Abdullah asy-Syarqawi (Wali Pustaka, 2016) dan Zamzam A.J Tanuwijaya (qudusiyah.org). Semoga Allah merahmati Ibnu Athat’illah, para tuan guru yang telah memudahkan saya untuk membaca dan memahami lebih jauh tentang kitab Al-Hikam ini, serta memaafkan kekurangan ataupun kekhilafan saya saat mencoba memahami kitab ini.

مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ

“Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana.”[1]

Di antara tanda mengandalkan amal perbuatan adalah berkurangnya pengharapan (terhadap ampunan Allah) ketika melakukan kesalahan dosa[2]

“One of the signs of relying on one’s own deeds is the loss of hope when a downfall occurs.”[3]

Continue reading “Membaca Al-Hikam – Hikmah Pertama : Bersandarlah pada Allah, Jangan pada Amal Perbuatan”